Catatan ini sekedar pengingat untuk diri saya pribadi dan pembaca blog ini terkait peristiwa yang saya alami 9 (sembilan) tahun yang lalu.
Hari itu.. Sabtu pagi tanggal 27 Mei 2006, semua berjalan seperti hari biasa. Ayam berkokok, burung-burung berkicau menyambut pagi dan sang mentari. Masih jelas dalam ingatan, saat itu saya sedang libur cuti bersama sejak hari Jum’at. Karena sedang libur maka penyakit malas juga mengikuti. Tak terasa waktu menunjukkan jam 05.45 WIB, dari luar kamar Ibu memberi tahu kalau air panas sudah siap untuk memandikan junior saya yang masih berusia 6 bulan. Sambil malas saya bilang, sebentar lagi bu… kembali saya merebahkan diri disamping kiri junior, sementara isteri saya ada disebelah kanan junior saya. 10 (sepuluh) menit berselang, tiba-tiba……
Diawali listrik padam, sepersekian detik sesudahnya lantai dan rumah berayun keras, badan ini serasa terayun jatuh kebawah padahal semua masih dalam posisi rebah dikasur. Belum sempat saya berpikir apa yang baru saja terjadi… tiba-tiba tanah, lantai dan seisi rumah bergetar hebat. Secara reflek saya langsung membalik badan dan tengkurap melindungi anak dan istri saya, getaran keras berlangsung hampir satu menit lamanya. Saat itu saya merasakan kepasrahan dan keikhlasan yang sesungguhnya, mata terpejam dan bibir ini tak henti-hentinya menyebut nama Allah, seandainya saat itu saya harus mati biarlah saya mati asal anak dan istri saya bisa selamat dan terlindungi.
Hari itu, hampir 6.000 jiwa menjadi korban gempa bumi belum lagi berapa korban yang luka berat dan ringan dalam peristiwa tersebut. Sangat panjang jika diceritakan, hari-hari dimana kami hidup dari bantuan orang lain dan pengalaman tinggal berbulan-bulan ditenda dibawah terik mentari dan juga hujan. Belum lagi banyaknya permasalahan sosial yang bermunculan saat masa rekonstruksi dan sebagainya.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa tersebut adalah :
- Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja
- Bencana tidak menunggu kesiapan kita untuk menghadapinya
Kita harus sadar bahwa kita tinggal di daerah dan wilayah yang rawan bencana, Indonesia memiliki potensi bencana yang sangat tinggi. Untuk itu sebagai warga masyarakat kita harus selalu waspada dan mengikuti petunjuk dan arahan dari pemerintah yang menangani kebencanaan lewat BNPB di pusat dan BPBD di daerah (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Informasi yang berkaitan dengan kebencanaan di daerah kita tersedia disana. Dan yang terpenting dari itu semua adalah bahwa kita adalah makhluk ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, dan sudah kewajiban kita untuk selalu mendekatkan diri dan berserah diri kepada Nya agar diberikan keselamatan dan kesehatan dalam menjalani hidup di dunia ini. Amin!
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita bersama…
pas hari ini ya mas..
menjadi pengingat bagaimana dahsyatnya alam
iya mas, sebagai pengingat sekaligus mendo’akan para korban yang meninggal 😀
ngerih … nginget abis keluar rumah pemandangan rumah roboh banyak mengerikan
Iya mas bro… Cobaan dan teguran bagi kita.
innalilahiwainnailaihiroji’un
jaman semono nembe sarapan.. awale dikira gempa biasa.. jebul ra mandek-mandek.. masih sempat berangkat sekolah ke smp 1 sanden.. di jalan mulai tau kalo efek gempa parah.. lha aku sama temen-temen smp yang nyepeda dari selatan setelah pengumuman libur ditanya orang sepanjang jalan “piye kabare kidul” dengan truk truk di pinggir jalan yang siap mengangkut.. padahal nggak ada apa-apa di laut selatan.. kok ya ndilalah ada yang nyebar isu tsunami, air sampe palbapang lah, air sampe ring road lah.. 😐
ckckck….
jadi inget jogja…
saya alumni jogja, ngerasain gempa jogja.
bener2 membuat trauma.
pas saya kerja di pabrik di daerah cikarang.
ada gempa, reaksi saya beda, mungkin kata orang2 lebay.
tapi kalian nggak tahu gimana rasanya saat itu di jogja…
issue tsunami, bener2 membuat panik semua orang.