Saat saya menulis artikel ini tiba-tiba saja saya teringat sobat blogger saya yang kebetulan bernama panggilan Ardi, nama lengkapnya Listyawan Ardi Nugroho alias Kilau Biru admin http://kilaubiru.wordpress.com/ Entah kenapa setelah menikah dia jarang muncul, keenakan punya bini kali ya?
Mari kita mulai sejarah singkat dari Ardie.
Ardie Motorcycles diproduksi di Nurnberg Jerman antara Tahun 1919 sampai dengan 1958. Model Pertama berkapasitas 288cc, 305cc dan 348cc yang kesemuanya sepeda motor type 2 stroke single cylinder.
Pada bulan September 1922, pendiri dari Ardie yang bernama Arno Dietrich mengalami kecelakaan fatal pada saat menguji salah satu produk sepeda motornya. Perusahaan ini kemudian diambil alih oleh Mr. Willy Bendit. Pada periode tahun 1920an hingga awal tahun 1930an, Ardie menggunakan mesin dari JAP dari berbagai jenis dan besaran kapasitas. Kemudian memasuki tahn 1930an Ardie mulai menggunakan berbagai macam merk mesin saperti Sachs, Sturmey Archer, Bark dan Küchen dan tidak lupa mesin dua langkah desain dari Ardie sendiri.
Dari sisi prestasi Ardie juga pernah memenangkan kejuaraan Tourist Thropy (TT) pada tahun 1926 di Austria dan Tahun 1927 di Hungaria.
Itulah sejarah singkat tentang Ardie, kemudian dibawah ini adalah salah satu produk dari Ardie yang dikenal dengan sebutan “Bergfreund”. Diterjemahkan Berg = Gunung, Freund = teman. Berarti temannya gunung?
sepeda motor ini berkapasitas 500cc 1 Cylinder OHV
Bergfreund ini memiliki daya 20hp pada 4800rpm
Mesin yang digunakan adalah dari buatan Küchen
Motor ini sanggup berlari hingga kecepatan 125Kph 😀
Bagaimana, cakep bukan… seandainya ada unit motor ini di Indonesia dipastikan ada nilai sejarah yang menyertainya 😀
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita bersama.
jossh…iki motor
______________________
http://motorcyclefunblog.wordpress.com/2014/04/07/gsx-600cc-harga-pelajar/
Yup… estetikanya dapat 😀
cakep nih….. masuk indo ga nih si Ardie temen naek gunung???
Sepertinya belum ada jejak disini mas.. 😀
kalaupun ada pasti mhl…
Iya mas 😀
kebayang pegel-nya, wong rigid 😆
tapi masi untung ada per di jok
Memang era klasik masih rigid mas.
di indonesia kan ada
mimin sachs eh minerpa sachs
ah… itukan namanya saja 😀
Menarik, thank’s infonya. Salam kenal 🙂
Jasa Translate bahasa